A.
PENDAHULUAN
Pendididikan
baik sebagai ilmu teoritik maupun ilmu terapan tidak pernah lepas dari
permasalahan. Sebagai ilmu teoritik telah terjadi perbedaan konsep dalam
berbagai hal. Sedangkan sebagai ilmu terapan terjadi hambatan, baik akibat
perbedaan konsep sebagai dasar maupun akibat penghambat yang sifatnya teknis.
B.
PERMASALAHAN
TEORETIS
Permasalahan
teoretis antara lain akibat perbedaan ilmu-ilmu pendukung yan digunakan dan
juga akibat perbedaan konsep dalam ilmu-ilmu pendukung tersebut. Sedangkan pemikir
pendidikan hanya memasukkan filsafat, psikologi, dan sosiologi dalam menyusun
konsep dan merancang pelaksanaan pendidikan. Sedangkan pemikir yang lain
menggunakan acuan yang lain, misalnya politik, ekonomi dan IPTEKS. Dalam
menggunakan ilmu diluar pendidikan itu sendiri terdapat banyak pola yang
dipakai berdasarkan berbagai sudut pandang.
Penggunaan
filsafat sebagai acuan telaah filsafat misalnya para pemikir pendidikan
bertolak dari aliran yangberbeda-beda dalam memberikan pandangan terhadap
komponen pendidikan. Misalnya terhadap peserta didik, ada yang menggunakan
bahwa manusia tidak perlu dididik karena semua telah ditentukan oleh bakatnya (
nativisme ). Ada yang menggunakan pandangan bahwa manusia harus dididik
(empirisme ). Dan ada yang memandang manusia ditentukan oleh bakat dan
lingkungannya ( konvergensi ). Sudut
pandang yang berbeda akan berpengaruh terhadap
pengambilan kebijakan, pembuatan rancangan danpelaksanaan pendidikan.
Keputusan
kebijakan tentang tujuan pendidikan, materi, metode, evaluasi dan sebagainya
akan berbeda jika pemikir pendidikan menggunakan dasar psikologi yang behaviouristik atau menguakan dasar
pandangan kognitif. Behaviouristik lebih menekankan sasaran pendidikan ada
pembentukan tingkah laku obyektif dan menggunakan metode yang mekanis,
sedangakan kognitif menekanka pada pendidikan kemampuan jiwa yang tidak nampak dan lebih menekankan pada pemahaman.
Perbedaan ini menyebabkan munculnya pemasalahan yang sampai saat ini belum
dapat diatasi.
Di negara
tertentu sudah memasukan unsur perkembangan IPTEKS, isu demokrasi, HAM,
keragaman budaya, politik dan sebagainya dalam pendidikan, tetapi di negara
lain seperti indonesia relative baru saja berfikir pendidikan dengan
memperhatikan hal tersebut. Masih ada permasalahan teoritik yang lain karena
pengaruh yang berupa seringnya terjadi perubahan kebijakan pendidikan.
Umar
Tirtaraharja dalam pertemua FIP/jip di
makasar tahun 2001 memandang perbedaan sudut pandang seperti diatas telah
menyebabkan terjadinya kesalahan penyelnggaraan pendidikan yang dikatakan
sebagai kesalahan filosofis. Yaitu:
1.
Kesalahan teknis,
misalnya pandangan yang mengatakan disiplin hanya dapat didik melalui
kekerasan.
2. Kesalahan
sistematis, misalnya tempat belajar yang paling afdol adalah sekolah
3. Kesalahan
teoritis, misalnya mengajar adalah memberikan ilmu
4. Penerapan
yang salah, misalnya pandangan bahwa semakin banyak ilmu semakin membuat orang
bahagia
5.
Kesalahan filosofis,
misalnya pandangan bahwa kesuksesan seseorang tergantung pada aspek ketrampilan
yang diperoleh ( mengabaikan aspek moral )
Tirtaraharja
mengklasifikan masalah pendidikan menjadi 3 kelompok, yaitu:
1.
Masalah operasional,
masalah yang terkait dengan pelaksanaan pendidikan. Misalnya kesalahan
pemilihan metode belajar, memilih atau menggunakan media
2. Masalah
struktural atau masalah menejemen, misalnya masalah sistem pendidikan yang
digunakan, contoh koordinasi dan kebijakan.
3. Masalah
fundamental, misalnya yang mendasar, misalnya masalah teoritis, filosofis dan
sebagainya.
C.
PERMASALAHAN
PRAKTIS
Permasalahan
praktis pendidikan, disamping akibat pegangan teoritik yang tidak jelas, timbul
karena kondisi dan tuntutan dari faktor-faktor yang berpengaruh terhadap
pelaksanaan pendidikan, yaitu:
1.
Pengaruh
perkembangan IPTEKS
Terdapat
kolerasi antara perkembangan pendidikan dengan perkembangan ilmu pendetahuan,
teknologi dan seni (IPTEKS). Ilmu pengetahuan merupakan hasil dari eksplorasi
dan pembaharuan secara sistemik dan terorganisir dengan baik, mengenai alam
semesta. Teknologi merupakan penerapan yang dirancang dan terencana dari ilmu
pengetahuan untuk memenuhi kebutuhan manusia. Seni adalah kemajuan kebudayaan
berupa aktivitas manusia berkreasi, yang indah untuk melaksanakan tugas
kehidupan dengan menyenangkan.
Suatu contoh
pengaruh kemajuan teknologi terhadap sistm pendidikan, misalnya perkembangan
teknologi informatika. Pendidikan yang dulu lebih banyak menggunakan tatap muka
langsung, saat ini dapat dilaksanakan melalui internet, TV atau modul. Peserta
didik cukup belajar di rumah. Kondisi ini
mempengaruhi perubahan isi pendidikan dan metodenya, bahkan mungkin
rumusan baru tujuan pendidikan selalu membutuhkan inovasi, termasuk sarana dan
prasarana, dan ketenagaan serat pendanan pendidikan. Setiap inovasi mengundang
dampak masalah dalam pendidikan, demkian juga di bidang seni.
Seni merupakan
kebutuhan hidup manusia agar hidupnya indah. Melalui seni manusia dapat
meningkatkan kreativitas. Dengan alasan tersebut seni dikembangkan melalui sistem terstruktur
dan terprogram dengan baik. Perkembangan kualitas seni secara terprogram maju
berkelanjutan menuntut tersedianya sarana pendidikan secara tersendiri,
disamping pendidikan lainnya secara konvensional. Seni dianggap penting tetapi
keperluan pengembangan dinomor duakan. Pendidikan seni baru terlayani denga bai
setelah kebutuhan pendidikan lainnya terlayani.
2.
Pengaruh
pertambahan penduduk
Laju pertumbuhan
penduduk akan menimbulkan masalah dalam
pendidikan. Pertumbuhan penduduk yang
tidak terkendali akan mengakibatkan penyediaan layanan pendidikan berupa
sarana dan prasarana beserta komponenya juga bertambah. Pertambahan penduduk
yang dibarengi dengan meningkatnya usia rata-rata dan penurunan angka kematian serta panjangnya
usia rata-rat manusia menyebabkan berubahnya struktur kependudukan. Yaitu
proporsi penduduk usia sekolah dasar menurun dan meningkatnya anak usia sekolah
lanjutan menengah, angkatan kerja dan usia tua berkat kemajuan dibidang gizi
serta kesehatan. Dengan begitu kebutuhan untuk fasiltas SD menurun, anak usia
sekolah lanjutan dan perguruan tinggi meningkat termasuk juga angkatan kerja.
Untuk usia lanjut juga meningkatkan pendidikan non formal dan keagamaan.
Sementara
penyebaran penduduk yang tidak merata menjadi masalah dalam penyediaan saran
dan prasaran pendidikan. Di kota kota besar cukup mudah karena aksesnya juga
mudah. Sedangkan di daerah terpencil menimbulkan kesulitan tersendiri dan
termasuk penyediaan tenaga guru. Begitu pula dengan penyediaan lapangan kerja.
Pertumbuhan peduduk yang tidak terkendali menimbulkan masalah perkembangan yang
sangat nyata.
3.
Peningkatan
Aspirasi Masyarakat
Aspirasi
masyarakat tehadap pendidikan semakin meningkat. Banyak pakar sepakat bahwa
untuk mendapat pengetahuan yang memadai, teknologi yang tepat, dan hidup yang
lebih layak , harus ada pekerjaan yang menopang dan pendidikan merupakan
alternatif untuk memperoleh pekerjaan yang layak dan tetap. Pendidikan
memeberikan harapan bagi peningkatan taraf hidup dan menaikan status sosial di
masyarakat. Maka para orang tua menyekolahkan anaknya , agar nantinya
memeperoleh pekerjaan yang baik. Dan anakpun ikut terdorong untuk hal itu.
Orang tua meras susah jika anaknya menemui hambatan di sekolah bahkan mereka
rela mengorbankan apapun miliknya untuk keperluan sekolah anaknya. Inilah salah
satu indikator daroi menigkatnya aspirasi masyarakat terhadap pendidikan saat
ini. Akibatnya membanjirnya pelamar sekolah, dan arus pelajar meningkat secara
drastis, sedangkan fasilitas sekolah berjalan lambat. Dampaknya anggaran
pendidikan harus meningkat untuk menyediakan fasilitas pendidikan,
sarana-prasarana beserta komponennya. Di kota-kota disamping berkembangnya
pendidikan formal, juga berkembang pula pendidikan non formal yang beragam. Ini
semua menjadikan berkembangnya masalah pendidikan.
4.
Problem
Dana
Kekurangan dana
merupakan problem klasik yang dialami semua negar berkembang dalam melaksanakan
pendidikan. Keadaan semakin parah apabila pengambil kebijakan tidak atau kurang menempatkan posisi
pendidikan bukan sebagai prioritas. Memeng kebanyakan pemimpin setuju kalau
pendidikan merupakan kunci keberhasilan pembangunan menyangkut sumber daya
manusia, tetapi dalam praktek lebih memprioritaskan aspek pembangunan yang
lain. Bagaimana pendidikan dapat tidak hanya pada pemerintah tetapi juga
menjadi tanggung jawab masyarakat.
5.
Belum
adanya sistem menejemen yang mantap
Kemajuan zaman
menuntut adanya manajemen yang handal karena kenyataan membuktikan bahwa faktor
manajemen dapat merupakan faktor penyebab kurang optimalnya keberhasilan suatu
lembaga.
Manajemen
pendidikan di negara ini termasuk menejemen yang kurang mantap dengan indikator
masih sering terjadi perubahan struktur organisasi pendidikan, kurang
koordiansinya lembaga-lembaga pendidikan yang ada, arah pendidikan yang kurang
jelas, perubahan kurikulum yang tidak jelas landasannya. Pembinaan karir para
penyelenggara pendidikan yang belum mantap, penggunaan anggaran yang belum
efisien.
6.
Munculnya
konsep-konsep baru
Pendidikan tidak
boleh kedap lingkungan dan kedap perkembangan konsep-konsep baru yang terjadi
di lingkungan. Banyak konsep yang dulunya belum mendapat perhatian sekarang mau
tidak mau harus dipakai acuan dalam berfikir dan berbuat dalam pendidikan.
Konsep baru tentang demokrasi HAM, otonomi, keragaman budaya, masyarakat
madani, tuntutan global, peran politik dan masih banyak lagi sekarang yang
lebih mencuat keras dalam masyarakat. Dan kalu pendidikan memeang merupakan
sarana untuk mengembangkan sumber daya manusia dan pengembangan masyarakat,
maka konsep konsep baru tersebut mau tidak mau harus digunakan dalam berfikir
dan berbuat di kalangan pemikir dan pelaksanaan pendidikan.
D.
MASALAH
PENDIDIKAN DI INDONESIA
Kualitas
pendidikan di Indonesia saat ini sangat memprihatinkan. Ini dibuktikan bahwa
indeks pengembangan manusia Indonesia makin menurun. Kualitas pendidikan di
Indonesia berada pada urutan ke-12 dari 12 negara di Asia. Indonesia memiliki
daya saing yang rendah Dan masih menurut survai dari lembaga yang sama
Indonesia hanya berpredikat sebagai follower bukan sebagai pemimpin teknologi
dari 53 negara di dunia.
Dan juga dalam
laporan PBB dalam bidang pendidikan (UNESCO ), yang di rilis pada Kamis
(29/11/2007) menunjukan, peringkat Indonesia dalam hal pendidikan turun dari 58
menjadi 62 diantara 130 negara di dunia. Yang jelas, education development
index (EDI) indonesia adalah 0,935, dibawah Malaysia (0,945) dan Brunei
Darussalam (0,965).
Ada beberapa hal
yang harus diperhatikan mengapa kualitas pendidikan kita bernasib sedemikian
tragis.
1.
Kondisi pemerintah yang
sangat kental politis punya peran penting serta signifikan untuk memeperkeruh
keadaan. Tatkala keadaan pemerintah berpolitis, itu akan menyebabkan atmosfer
pendidikan labil, sebut saja dalam hal kebijakan pendidikan yang dilahirkan pemerintah
karean itu wajar pendidikan selalu berada dalam rangkulan politik tertentu.
2.
Kondisi keuangan negara
yang sangat sedikit bisa memperburuk dunia pendidikan. Sebab, minimnya dana
akan menghambat pembangunan pendidikan dalam segala hal, baik insfrastruktur
maupun suprastruktur.
3.
Kondisi kota maupun
kabupaten dengan sumber daya manusia yang terbatas, sangat memberikan efek
buruk bagi mandeknya pembangunan pendidikan. Sebab, adanya SDM menjadi kunci
bagi keberhasilan sekian banyak agenda pendidikan di daerah.
Penyebab
rendahnya kualitas pendidikan Indonesia :
.
1.
Standarisasi
Pendidikan Di Indonesia
Jika kita ingin
meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia, kita juga berbicara tentang
standardisasi pengajaran yang kita ambil. Tentunya setelah melewati proses
untuk menentukan standar yang akan diambil.
Dunia pendidikan
terus berudah. Kompetensi yang dibutuhkan oleh masyarakat terus-menertus berubah
apalagi di dalam dunia terbuka yaitu di dalam dunia modern dalam ere globalisasi. Kompetensi-kompetensi yang
harus dimiliki oleh seseorang dalam lembaga pendidikan haruslah memenuhi
standar.
Seperti yang
kita lihat sekarang ini, standar dan kompetensi dalam pendidikan formal maupun
informal terlihat hanya keranjingan terhadap standar dan kompetensi. Kualitas pendidikan
diukur oleh standar dan kompetensi di dalam berbagai versi, demikian pula
sehingga dibentuk badan-badan baru untuk melaksanakan standardisasi dan
kompetensi tersebut seperti Badan Standardisasi Nasional Pendidikan (BSNP).
2.
Rendahnya
Kualitas Sarana Fisik
Untuk sarana
fisik misalnya, banyak sekali sekolah dan perguruan tinggi kita yang gedungnya
rusak, kepemilikan dan penggunaan media belajar rendah, buku perpustakaan tidak
lengkap. Sementara laboratorium tidak standar, pemakaian teknologi informasi
tidak memadai dan sebagainya. Bahkan masih banyak sekolah yang tidak memiliki
gedung sendiri, tidak memiliki perpustakaan, tidak memiliki laboratorium dan
sebagainya.
3.
Rendahnya
Kualitas Guru
Keadaan guru di
Indonesia juga amat memprihatinkan. Kebanyakan guru belum memiliki
profesionalisme yang memadai untuk menjalankan tugasnya sebagaimana disebut
dalam pasal 39 UU No 20/2003 yaitu merencanakan pembelajaran, melaksanakan
pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan, melakukan
pelatihan, melakukan penelitian dan melakukan pengabdian masyarakat. Selain itu
guru di indonesia juga masih banyak yang tidak layak untuk mengajar. Kelayakan mengajar itu jelas berhubungan
dengan tingkat pendidikan guru itu sendiri.
Walaupun guru
dan pengajar bukan satu-satunya faktor penentu keberhasilan pendidikan tetapi,
pengajaran merupakan titik sentral pendidikan dan kualifikasi, sebagai cermin
kualitas, tenaga pengajar memberikan andil sangat besar pada kualitas
pendidikan yang menjadi tanggung jawabnya. Kualitas guru dan pengajar yang
rendah juga dipengaruhi oleh masih rendahnya tingkat kesejahteraan guru.
4.
Rendahnya Kesejahteraan Guru
Rendahnya
kesejahteraan guru mempunyai peran dalam membuat rendahnya kualitas pendidikan
Indonesia. Berdasarkan survei FGII (Federasi Guru Independen Indonesia) pada
pertengahan tahun 2005, idealnya seorang guru menerima gaji bulanan serbesar Rp
3 juta rupiah. Sekarang, pendapatan rata-rata guru PNS per bulan sebesar Rp 1,5
juta. guru bantu Rp, 460 ribu, dan guru honorer di sekolah swasta rata-rata Rp
10 ribu per jam. Dengan pendapatan seperti itu, terang saja, banyak guru
terpaksa melakukan pekerjaan sampingan. Ada yang mengajar lagi di sekolah lain,
memberi les.
5.
Kurangnya
Pemerataan Kesempatan Pendidikan
Kesempatan
memperoleh pendidikan masih terbatas pada tingkat Sekolah Dasar. Data Balitbang
Departemen Pendidikan Nasional dan Direktorat Jenderal Binbaga Departemen Agama
tahun 2000 menunjukan Angka Partisipasi Murni (APM) untuk anak usia SD pada
tahun 1999 mencapai 94,4% (28,3 juta siswa). Pencapaian APM ini termasuk
kategori tinggi. Angka Partisipasi Murni Pendidikan di SLTP masih rendah yaitu
54, 8% (9,4 juta siswa). Sementara itu layanan pendidikan usia dini masih
sangat terbatas. Kegagalan pembinaan dalam usia dini nantinya tentu akan
menghambat pengembangan sumber daya manusia secara keseluruhan. Oleh karena itu
diperlukan kebijakan dan strategi pemerataan pendidikan yang tepat untuk
mengatasi masalah ketidakmerataan tersebut.
6.
Mahalnya
Biaya Pendidikan
Pendidikan
bermutu itu mahal. Kalimat ini sering muncul untuk menjustifikasi mahalnya
biaya yang harus dikeluarkan masyarakat untuk mengenyam bangku pendidikan.
Mahalnya biaya pendidikan dari Taman Kanak-Kanak (TK) hingga Perguruan Tinggi
(PT) membuat masyarakat miskin tidak memiliki pilihan lain kecuali tidak
bersekolah. Orang miskin tidak boleh sekolah.
Untuk masuk TK
dan SDN saja saat ini dibutuhkan biaya Rp 500.000 sampai Rp 1.000.000. Bahkan
ada yang memungut di atas Rp 1 juta. Masuk SLTP/SLTA bisa mencapai Rp 1 juta
sampai Rp 5 juta.
Makin mahalnya
biaya pendidikan sekarang ini tidak lepas dari kebijakan pemerintah yang
menerapkan MBS (Manajemen Berbasis Sekolah). MBS di Indonesia pada realitanya
lebih dimaknai sebagai upaya untuk melakukan mobilisasi dana. Karena itu, Komite
Sekolah/Dewan Pendidikan yang merupakan organ MBS selalu disyaratkan adanya
unsur pengusaha.
E.
SOLUSI
UNTUK MENGATASI MASALAH KUALITAS PENDIDIKAN DI INDONESIA
Untuk mengatasi
masalah-masalah di atas, secara garis besar ada dua solusi yang dapat diberikan
yaitu:
a.
Solusi sistemik, yakni
solusi dengan mengubah sistem-sistem sosial yang berkaitan dengan sistem
pendidikan. Seperti diketahui sistem pendidikan sangat berkaitan dengan sistem
ekonomi yang diterapkan. Sistem pendidikan di Indonesia sekarang ini, diterapkan
dalam konteks sistem ekonomi kapitalisme (mazhab neoliberalisme), yang
berprinsip antara lain meminimalkan peran dan tanggung jawab negara dalam
urusan publik, termasuk pendanaan pendidikan.
Maka, solusi
untuk masalah-masalah yang ada, khususnya yang menyangkut perihal pembiayaan seperti
rendahnya sarana fisik, kesejahteraan guru, dan mahalnya biaya pendidikan
berarti menuntut juga perubahan sistem ekonomi yang ada. Akan sangat kurang
efektif kita menerapkan sistem pendidikan Islam dalam atmosfer sistem ekonomi
kapitalis yang kejam. Maka sistem kapitalisme saat ini wajib dihentikan dan
diganti dengan sistem ekonomi Islam yang menggariskan bahwa pemerintah-lah yang
akan menanggung segala pembiayaan pendidikan negara.
b.
Solusi teknis, yakni
solusi yang menyangkut hal-hal teknis yang berkait langsung dengan pendidikan.
Solusi ini misalnya untuk menyelesaikan masalah kualitas guru dan prestasi
siswa.
Maka, solusi
untuk masalah-masalah teknis dikembalikan kepada upaya-upaya praktis untuk
meningkatkan kualitas sistem pendidikan. Rendahnya kualitas guru, misalnya, di
samping diberi solusi peningkatan kesejahteraan, juga diberi solusi dengan
membiayai guru melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi, dan
memberikan berbagai pelatihan untuk meningkatkan kualitas guru. Rendahnya
prestasi siswa, misalnya, diberi solusi dengan meningkatkan kualitas dan
kuantitas materi pelajaran, meningkatkan alat-alat peraga dan sarana-sarana
pendidikan, dan sebagainya.
Roda pembanguan
pendidikan yang bisa berjalan dinamis dan konstruktif menjadi bentuk untuk
menjawab tamparan keras UNESCO terhadap pendidikan Indonesia. Yaitu dengan
langkah sebagai berikut :
1.
Kepemimpinan yang kuat
sangat diharapkan bisa diwujudkan secara praktis dan konkret
2.
Tata kelola
pemerintahan yang baik harus bisa dijalankan secara sinergis dan komplementer
“The right man on the right pleace” menjadi pintu utama untuk mensukseskan
program pendidikan.kerjasama politik yang baik di banyak elit lapis diperlukan
secara praksis
3.
Partisipasi semua pihak
wajib hadir dalam konteks mendukung program-program pendidikan yang
mencerdaskan
4.
Memunculkan sikap sadar
terhadap persoalan-persoalan pendidiakan harus pula dilakukan semua lapisan
masyarakat
Masalah umum
yang dihadapi pemerintah indonesia yang sampai saat ini dirumuskan menjadi 5
kelompok yaitu:
1.
Masalah kurang
meratanya pendidikan
Belum
meratanya pendidikan bagi warga negara nmerupakan masalah yang belum
terselelsaikan. Kualitas, proses, dan hasil pendidikan belum merata di berbagai
daerah di Indonesia
2. Masalah
rendahnya mutu pendidikan
Masalah
mutu dan kualitas pendidikan di Indonesia merupakan masalah yang
memprihatinkan. Berdasarkan hasil studi kemampuan membaca tingkat SD yang
dilaksanakan oleh organisasi International
education achievement ( IEA ). Menunjukan bahwa siswa SD di Indonesia
berada di urutan 38 dari 39 negara peserta, sementara siswa tingkat SMP tingkat
kemampuan matematika berada pada urutan 34 dari 38 negara, sedangkan untuk
kemampuan IPA berada pada urutan 32 dari 38 negara peserta. Ukuran Hum Dev Index ( oleh UNDP ) menunjukan
rendahnya kualitas SDM Indonesia yakni berada pada peringkat 109 dari 174
negara yang diukur, setingkat dibawah vietnam.
3. Masalah
efisiensi
Efisiensi
berarti dengan menggunakan tenaga, biaya yang serendah-rendahnya dapat
memperoleh hasil yang maksimal. Jadi pendidikan dikatakan maksimal apabila
mengunakan segala sesuatu yang serba terbatas namun dapat menghasilkan
sebanyak-banyaknya lulusan yang berkualitas. Maka masalah efisiensi adalah
masalah pengelolaan,terutama memanfaatkan sumber dana dan daya yang ada pada pendidikan. Para ahli masih banyak
mengatakan masalah pengelolaan pendidikan di indonesia kurang efisien.Hal ini
terlihat dari banyaknya murid yang drop out, dan banyak anak yang belum
memperoleh pendidikan, banyak anak yang tinggal kelas, dan kurang mendapatkan
layanan yang semestinya bagi saudara kita yang lemah, terbelakang, penyandang
cacat atau yang sangat cerdas. Untuk itu diperlukan sebuah terobosan baru, agar
mendapat arah pendidikan yang efisien.
4. Masalah
relevansi
Masalah
relevansi adalah masalah kesesuaian antara hasil pendidikan dengan tuntutan
lapangan kerja, kesesuaian antara sistem pendidiakan dan pembangunan nasional,
serta antara kepentingan perseorangan, keluarga dan masyarakat baik dalam
jangka pendek maupun jangka panjang. Melalui pendidikan hendaknya dapatdihasilkan
generasi yang terampil, cerdas, berpengetahuan luas sehingga dapat berperan
menunjang pembangunan nasional disegala bidang. Untuk memenuhi harapan tersebut
diperlukan keterpaduan antara
perencanaan, dalam pembangunan khususnya dibidang pendidikan. Sebagai contoh
pendidikan di sekolah harus direncanakan berdasarkan kebutuhan nyata dalam
gerak pembangunan nasional serta memeperhatikan ciri-ciri ketenagaan yang
diperlukan sesuai dengan keadaan lingkungan di wilayah tertentu.
5. Masalah
lemahnya manajeman pendidikan
Reformasi
pemerintahan yang terjadi di Indonesia telah mengakibatkanterjadinya
penyelenggaraan pemerintahan dari sentralisasi ke desentralisasi.Kejadian ini
telah gergulir dengan ditandai dengan pemberian otonomiyang luas dan nyata pada
daerah termasuk dalam manajemen pendidikan.Manajemen yang terpusat pada masa
dulu, banyak kendala, misalnyakebijakan pusat yang tidak sejalan atau sesuai
dengan kondisi di daerah,pemberian sarana )4mg tidak diperlukan-Implementasi
pemberian otonomi ini dimaksudkan untuk lebihmemandirikan daerah dan
memberdayakan masyarakat sehingga keleluasaandalam mengatur dan melaksanakan
kebijakan atas prakarsa sendiri.Pemberian otonomi yang luas dan bertanggung
jawab dilaksanakan denganpenerapan prinsip-prinsip demokrasi, peran serta
masyarakat, pemerataan,berkeadilan, dan memperhatikan potensi serta
keanekaragaman daerahdengan titik sentral otonomi pada wilayah yang paling
dekat dengan rakyat,yaitu Daerah Kabupaten dan Kota. Yang lebih esensial lagi
dari otonomitersebut adalah membesarnya tanggung jawab daerah untukmengurus
hintassegala permasalahan yang tercakup di dalam pembangunan masyarakat didaerah
termasuk bidang pendidikan.Sementara itu diterbitkannya Undang-Undang Nomor 22
tahun 1999 danPeraturan Pemerintah Nomor 25.frahun 2000, maka
"genderang" otonomidaerah telah ditabuh, sehingga iicara yuridis
formal telah ada landasanhularm dan kemauan politik dalam penyelenggaraan
pendidikan secaralebih otonomi.Implementasi otonomi pendidikan di tingkat
sekolah di Indonesiapeningkatan manajemen dilakukan melalui manajemen berbasis
sekolah(MBS). Hal ini dimaksudkan memberikan kewenangan yang lebih luaskepada
sekolah untuk mengambil kebijakan yang sesuai dengan sekolah.Untukpelaksanaan
di tingkat SD dengan penerapan $4BS sedangkan untuktingkat Sekolah Menengah
menerapkan manajemeri Peningkatan MutuBerbasis sekolah (MPMPBS). MPMPBS
merupakan bentuk alternatif dalam program desentralisasi bidang pendidikan yang
ditandai denganadanya otonomi yang luas di tingkat sekolah, agar manajemen
sekolah dapatmeningkat sesuai dengan kondisi sekolah tersebut.
F.
USAHA-USAHA
MENGATASI MASALAH PENDIDIKAN
1.
Pemerataan memperoleh pendidikan.
Usaha untuk
meningkatkan pemerataan memperoleh pendidikan adalah melalui desentralisasi.
Desentralisasi dibidang pendidikan
diharapkan dapat meningkatkan
partisipasi
pemerintah daerah beserta rakyatnya untuk berperan serta dalam pendidikan.
Peningkatan peran serta masyarakat
dalam
pemeratan pendidikan ini akan segera tercapai karena, pemerintah daerahlah yang lebih
tahu kebutuhan masyarakat yang dilayaninya, disamping memiliki wewenang luas
untuk merencanakan, membiayai, dan
melaksanakan
rencana tersebut. Kemampuan daerah yang bervareasi diharapkan memberikan
prioritas anggaran pendidikan yang cukup untuk pelaksanaan pendidikan. Dengan
demikian biaya pendidikan bagi
masyarakat
berekonomi lemah dapat dibantu, serta hak para penyandang cacat dalam
pendidikan juga dapat direalisasikan. Dengan demikian pemeratan pendidikan
dapat diupayakan dengan baik
Peran serta
masyarakat telah diuraikan dalam penjelasan pada salah satu tujuan Undang-Undang
Nomor 22 tahun 1999, tentang Pemerintah Daerah, dikemukakan untuk
memberdayakan masyarakat menumbuhkan prakarsadan kreativitas, meningkatkan
peran serta masyarakat termasuk dalam meningkatkan sumber dana dan
penyelenggaraan pendidikan. Peran serta masyarakat dapat dilakukan oleh
perorangan, kelompok, ataupun lembaga seperti yayasan, organisasi masyarakat,
atau pihak swasta.Peran serta perorangan, masyarakat dan swasta dalam
menyelenggarakan pendidikan
akan lebih efektif karena hasil dan manfaatnya akan dapat dirasakan oleh
masyarakat itu sendiri. Di samping itu diupayakan agar peran serta masyarakat
yang tergolong miskin dapat dibantu secara subsidi silang dari masyarakat
yang tergolong kaya. Hal ini diperlukan kebijakan pemerintah menerapkan
subsidi silang untuk mengurangi kesenjangan fasilitas pendidikan antara daerah
Kabupaten/Kota yang kaya dan daerah
Kabupaten/Kota
yang tergolong miskin.
2.
Peningkatan Kualitas dan Relevansi Pendidikan.
Upaya untuk
meningkatkan mutu dan relevansi pendidikan adalah dengan cara peningkatan
sarana prasarana, peningkatan kualitas guru dengan cara adanya guru
sertifikasi, dan penggunaan kurikulum yang sesuai kebutuhan masyarakat dan
dunia kerja.
3. Program
pendidikan murah
Program
pendidikan murah dapat di upayakan dengan cara pemberian dana BOS ke sekolah. Dan beasiswa untuk anak
kurang mampu.
G.
KESIMPULAN
Untuk mengatasi
masalah pendidikan di Indonesia baik masalah kualitas pendidikan maupun yang
lainnya, kita harus bersama-sama bangkit untuk melakukan perubahan. Pemerintah juga harus mendukung dengan cara
menyediakan dana yang cukup dan membuat sistem pendidikan baik untuk mengatasi
masalah pendidikan di Indonesia.
No comments:
Post a Comment