Monday, February 25, 2013

implementasi sistem nilai, kelembagaan, dan pembentukan prilaku


IMPLEMENTASI SISTEM NILAI,
KELEMBAGAAN, DAN PEMBENTUKAN PRILAKU
“Globalisasi kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi kini sudah mulai memasuki Negara Indonesia, hal ini menyebabkan terjadinya perubahan sosial secara derastis. Untuk mengatasi, supaya perubahan sosial yang terjadi tidak menghapus budaya – budaya luhur bangsa kita maka dibutuhkan jati diri yang sesuai dengan pribadi bangsa kita.”
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi memang tidak bisa di hindari, karena kita juga tidak mau dianggap sebagai bangsa yang memiliki SDM rendah. Tapi kita juga harus mempertahankan jati diri yang dimiliki bangsa ini sejak zaman kerajaan dahulu yang adi luhur. Jati diri bangsa Indonesia sangat disegani bangsa lain, seperti halnya pada zaman kerajaan majapahit. Negara kita merupakan Negara yang kuat saat itu, karena kita bersama – sama bersatu dengan jati diri suatu bangsa yang kuat. Dari bermacam – macam suku bangsa, kita bersatu dalam kerajaan majapahit. Mengapa hal tersebut tidak bisa diulang saat ini? Karena, kita semua telah kehilangan jati diri bangsa Indonesia. Jika kita bisa mempertahankan jati diri bangsa dan menerima kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, sehingga terjalin keseimbangan antara keduanya. Maka bangsa kita akan menjadi bangsa yang kuat dan tangguh dari pada bangsa – bangsa lain.
Bagaimana caranya agar bangsa kita bisa memiliki jati diri bangsa Indonesia?
Untuk menjadi bangsa yang memiliki jati diri kita harus berpegang teguh pada standar nilai yang ada. Misalkan standar agama, standar etika, standar estetika, standar hukum, standar logika, standar ekonomi. Tetapi semua standar nilai tersebut sudah terangkum semuannya dalam standar budaya Indonesia. Di Indonesia, terdapat bermacam – macam suku bangsa yang memiliki bermacam – macam nilai budaya yang beraneka ragam. Semuannya telah menjadi satu yaitu nilai pancasila, yang telah memuat semua intisari dari nilai – nilai dari setiap suku bangsa di Negara ini. Hal ini akan menjadikan karakter bangsa Indonesia sangat unik. Maka perlu diadakan penanaman nilai pancasila pada semua generasi bangsa ini.
Setelah penanaman nilai pada semua generasi, pasti kita semua akan bisa membedakan mana yang boleh atau tidaknya suatu hal dilakukan. Misalkan :
“korupsi merupakan salah satu kegian yang merugikan bangsa dan rakyat. Tetapi oleh orang yang kurang memahami arti nilai pancasila hal tersebut akan tetap dilaksanakan. Berbeda dengan orang yang memahami betul dan menghayati nilai pancasila, dia pasti akan menentang secara keras maupun halus, karena dia tahu bahwa hal tersebut tidak boleh dilakukan.”
Setelah sudah bisa membedakan yang baik dan buruk, maka selanjutnya diharapkan bisa menjadi kebiasaan di bangsa kita, sehingga bangsa kita bisa menjadi teladan bangsa – bangsa di dunia ini. Dan cita – cita dalam pembukaan UUD 45, untuk mewujudkan perdamaian dunia bisa tercapai.
KONDISI BANGSA DI DUNIA SAAT INI IBARAT SEBUAH POHON GUNDUL”
Terjadinya krisis ekonomi, politik, moneter, hukum, kepercayaan, moral, kini sudah mulai memprihatinkan. Semua ini disebabkan karena manusia telah kehilangan jati dirinya.
Jati diri manusia => sebuah anugerah yang diberikan tuhan pada manusia, sebagai perpaduan antara cipta, karsa dan rasa.
Jati diri akan membantu penghayatan suatu nilai dalam diri manusia, sehingga nilai – nilai tersebut akan dijadikan landasan dalam setiap tindakan manusia. Inilah yang disebut sebagai manusia berkarakter. Dan manusia yang bisa mempertahankan karakternya terus – menerus sehingga akan menjadi sebuah kepribadian yang luar biasa. Maka untuk menumbuhkan kembali daun – daun dalam pohon diperlukan jati diri dari semua manusia di dunia.
Bagaimana cara membagun karakter manusia?
Karakter dalam diri manusia tidak akan muncul dengan sendirinya, tentu perlu dilakukan berbagai upaya untuk memunculkannya. Berbagai hal yang bisa memunculkan karakter setiap manusia :
a.       Pendidikan => melalui pendidikan formal maupun non formal.
b.      Pengalaman => melalui pengalaman orang lain ataupun diri sendiri.
c.       Percobaan => melalui studi sosial kehidupan masyarakat.
d.      Pengaruh lingkungan => melalui aktifitas di lingkungan masyarakat.
Manusia terdiri dari individu – individu yang unik. Setiap individu memiliki karakteristik masing – masing. Mulai dari kepribadian, persepsi, dan lain sebagainya. Hal ini perlu diperhatikan, sehingga penanaman nilai – nilai kepada setiap individu bisa maksimal. Tentu dengan cara yang berbeda – beda untuk masing masing individu. Karena ada manusia yang lebih suka belajar melalui pendidikan formal, melalui pengalaman, dan melalui cara – cara yang menurut mereka bisa merasa nyaman menerima suatu pengetahuan.
Bagaimana pendidikan moral yang seharusnya diberikan pada generasi saat ini?
Untuk menanamkan nilai – nilai terutama nilai pancasila, suatu lembaga pendidikan sangat diperlukan. Tapi bagaimana pembelajaran yang seharusnya dilaksanakan? Pembelajaran moral pancasila di sekolah maupun fakultas kian terlihat tidak efektif. Semuanya cenderung linier, sebaiknya tiap individu diajak berpikir kreatif, inofatif, dan terbuka. Kemampuan memandang masalah secara obyektif perlu diasah. Hal ini, bertujuan untuk memunculkan ide-ide pemecahan masalah dari tiap – tiap individu.
Pembelajaran moral di pendidikan formal cenderung hanya penyampain materi mengenai pengertian – pengertian secara umum saja. Hal ini hanya akan menjadikan setiap individu mengerti tanpa menghayati makna sesungguhnya yang terkandung dalam pancasila.
Sebenarnya pembelajaran moral terbaik adalah dengan cara praktek kehidupan di masyarakat. Kita jangan melupakan pribahasa “experience is the best teacher”. Tapi praktek kehidupan yang bagaimana? Tentu masih menjadi pertanyaan baru. Mari kita hilangkan pernyataan yang bisa merobohkan keyakinan kita. Karena hal ini adalah awal dari individu yang berkarakter.
Pelajaran moral praktek lapangan, dilakukan dengan cara melakukan study langsung ke lapangan. Para pelajar atau mahasiswa langsung dibawa kemasyarakat untuk melihat langsung masalah – masalah yang terjadi di masyarakat. Sehingga mereka langsung belajar dan ikut mengalami permasalahan tersebut. Maka, mereka akan mengetahui apa yang seharusnya dilakukan dan dari sinilah akan muncul karakter dari masing - masing individu yang beraneka ragam dan dengan jati diri masing – masing. Tentu dengan dasar nilai – nilai pancasila.
Misalkan:
Untuk pembelajaran mengenai sila ke-1 (ketuhanan yang maha esa). Setiap individu sebaiknya diajak mengunjungi tiap – tiap tempat ibadah semua agama di Indonesia, sehingga akan memunculkan rasa toleransi dari setiap individu tersebut. Tentu dalam hal ini mereka akan melihat sendiri aktifitas dari semua macam agama di Indonesia.


Realita pendidikan moral saat ini.
Berbagai macam nilai – nilai memang sangat penting disampaikan pada semua manusia, khusunya para generasi penerus bangsa. Tetapi apakah semua nilai tersebut sudah tersampaikan secara maksimal? Ini menjadi PR tersendri bagi pemerintah. Realita saat ini, pendidikan di Indonesia masih belum mampu memberikan rasa penghayatan terhadap nilai – nilai yang ada, terutama nilai yang terkandung dalam pancasila. Untuk menjadikan manusia yang kompetitif dan berkarakter seharusnya melalui bagan sebagai berikut.
 



            Manusia berkarakter

 



Untuk memperoleh manusia sebagai berikut, perlu halnya revolusi pembelajaran yang mutakhir. Tidak hanya melalui peyampaian materi – materi, pemberian contoh permasalahan. Tatapi seharusnya pelajar langsung diajak terjun ke lapangan untuk melihat berbagai permasalahan yang ada, selanjutnya menanamkan rasa ingin perubahan. Karena bangsa ini sudah sangat lelah dengan kebobrokan karakternya. Dengan demikian mereka bisa langsung belajar nilai dan langsung bisa mengimplementasikannya. Setelah terbiasa dengan hal tersebut, kelamaan akan menjadi kebiasaan sehingga bisa menjadi manusia dengan karakter – karakter pancasilais.

No comments:

Post a Comment