IMPLEMENTASI
SISTEM NILAI,
KELEMBAGAAN, DAN PEMBENTUKAN PRILAKU
“Globalisasi kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi kini sudah mulai memasuki Negara Indonesia, hal ini
menyebabkan terjadinya perubahan sosial secara derastis.
Untuk mengatasi, supaya perubahan sosial yang terjadi tidak menghapus budaya –
budaya luhur bangsa kita maka dibutuhkan jati diri yang sesuai dengan pribadi
bangsa kita.”
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi memang tidak
bisa di hindari, karena kita juga tidak mau dianggap sebagai bangsa yang
memiliki SDM rendah. Tapi kita juga harus mempertahankan jati diri yang dimiliki
bangsa ini sejak zaman kerajaan dahulu yang adi luhur. Jati diri bangsa
Indonesia sangat disegani bangsa lain, seperti halnya pada zaman kerajaan
majapahit. Negara kita merupakan Negara yang kuat saat itu, karena kita bersama
– sama bersatu dengan jati diri suatu bangsa yang kuat. Dari bermacam – macam
suku bangsa, kita bersatu dalam kerajaan majapahit. Mengapa hal tersebut tidak
bisa diulang saat ini? Karena, kita semua telah kehilangan jati diri bangsa
Indonesia. Jika kita bisa mempertahankan
jati diri bangsa dan menerima kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, sehingga
terjalin keseimbangan antara keduanya. Maka bangsa kita akan menjadi bangsa
yang kuat dan tangguh dari pada bangsa – bangsa lain.
Bagaimana
caranya agar bangsa kita bisa memiliki jati diri bangsa Indonesia?
Untuk menjadi bangsa yang memiliki jati diri kita
harus berpegang teguh pada standar nilai yang ada. Misalkan standar agama,
standar etika, standar estetika, standar hukum, standar logika, standar
ekonomi. Tetapi semua standar nilai tersebut sudah terangkum semuannya dalam
standar budaya Indonesia. Di Indonesia, terdapat bermacam – macam suku bangsa
yang memiliki bermacam – macam nilai budaya yang beraneka ragam. Semuannya
telah menjadi satu yaitu nilai pancasila, yang telah memuat semua intisari dari
nilai – nilai dari setiap suku bangsa di Negara ini. Hal ini akan menjadikan
karakter bangsa Indonesia sangat unik. Maka perlu diadakan penanaman nilai
pancasila pada semua generasi bangsa ini.
Setelah penanaman nilai pada semua generasi, pasti
kita semua akan bisa membedakan mana yang boleh atau tidaknya suatu hal
dilakukan. Misalkan :
“korupsi
merupakan salah satu kegian yang merugikan bangsa dan rakyat. Tetapi oleh orang
yang kurang memahami arti nilai pancasila hal tersebut akan tetap dilaksanakan.
Berbeda dengan orang yang memahami betul dan menghayati nilai pancasila, dia
pasti akan menentang secara keras maupun halus, karena dia tahu bahwa hal
tersebut tidak boleh dilakukan.”
Setelah sudah bisa membedakan yang baik dan buruk,
maka selanjutnya diharapkan bisa menjadi kebiasaan di bangsa kita, sehingga
bangsa kita bisa menjadi teladan bangsa – bangsa di dunia ini. Dan cita – cita
dalam pembukaan UUD 45, untuk mewujudkan perdamaian dunia bisa tercapai.
“KONDISI BANGSA DI DUNIA SAAT INI IBARAT
SEBUAH POHON GUNDUL”
Terjadinya krisis ekonomi, politik, moneter, hukum,
kepercayaan, moral, kini sudah mulai memprihatinkan. Semua ini disebabkan
karena manusia telah kehilangan jati dirinya.
Jati diri manusia => sebuah anugerah yang diberikan
tuhan pada manusia, sebagai perpaduan antara cipta, karsa dan rasa.
Jati diri akan membantu penghayatan suatu nilai dalam
diri manusia, sehingga nilai – nilai tersebut akan dijadikan landasan dalam
setiap tindakan manusia. Inilah yang disebut sebagai manusia berkarakter. Dan
manusia yang bisa mempertahankan karakternya terus – menerus sehingga akan
menjadi sebuah kepribadian yang luar biasa. Maka untuk menumbuhkan kembali daun
– daun dalam pohon diperlukan jati diri dari semua manusia di dunia.
Bagaimana
cara membagun karakter manusia?
Karakter dalam diri manusia tidak akan muncul dengan
sendirinya, tentu perlu dilakukan berbagai upaya untuk memunculkannya. Berbagai
hal yang bisa memunculkan karakter setiap manusia :
a.
Pendidikan
=> melalui pendidikan formal maupun non formal.
b.
Pengalaman
=> melalui pengalaman orang lain ataupun diri sendiri.
c.
Percobaan
=> melalui studi sosial kehidupan masyarakat.
d.
Pengaruh
lingkungan => melalui aktifitas di lingkungan masyarakat.
Manusia terdiri dari individu – individu yang unik.
Setiap individu memiliki karakteristik masing – masing. Mulai dari kepribadian,
persepsi, dan lain sebagainya. Hal ini perlu diperhatikan, sehingga penanaman
nilai – nilai kepada setiap individu bisa maksimal. Tentu dengan cara yang
berbeda – beda untuk masing masing individu. Karena ada manusia yang lebih suka
belajar melalui pendidikan formal, melalui pengalaman, dan melalui cara – cara
yang menurut mereka bisa merasa nyaman menerima suatu pengetahuan.
Bagaimana
pendidikan moral yang seharusnya diberikan pada generasi saat ini?
Untuk menanamkan nilai – nilai terutama nilai
pancasila, suatu lembaga pendidikan sangat diperlukan. Tapi bagaimana
pembelajaran yang seharusnya dilaksanakan? Pembelajaran moral pancasila di
sekolah maupun fakultas kian terlihat tidak efektif. Semuanya cenderung linier,
sebaiknya tiap individu diajak berpikir kreatif, inofatif, dan terbuka.
Kemampuan memandang masalah secara obyektif perlu diasah. Hal ini, bertujuan
untuk memunculkan ide-ide pemecahan masalah dari tiap – tiap individu.
Pembelajaran moral di pendidikan formal cenderung
hanya penyampain materi mengenai pengertian – pengertian secara umum saja. Hal ini
hanya akan menjadikan setiap individu mengerti tanpa menghayati makna
sesungguhnya yang terkandung dalam pancasila.
Sebenarnya pembelajaran moral terbaik adalah dengan
cara praktek kehidupan di masyarakat. Kita jangan melupakan pribahasa “experience is the best teacher”. Tapi
praktek kehidupan yang bagaimana? Tentu masih menjadi pertanyaan baru. Mari
kita hilangkan pernyataan yang bisa merobohkan keyakinan kita. Karena hal ini
adalah awal dari individu yang berkarakter.
Pelajaran moral praktek lapangan, dilakukan dengan
cara melakukan study langsung ke lapangan. Para pelajar atau mahasiswa langsung
dibawa kemasyarakat untuk melihat langsung masalah – masalah yang terjadi di
masyarakat. Sehingga mereka langsung belajar dan ikut mengalami permasalahan
tersebut. Maka, mereka akan mengetahui apa yang seharusnya dilakukan dan dari
sinilah akan muncul karakter dari masing - masing individu yang beraneka ragam
dan dengan jati diri masing – masing. Tentu dengan dasar nilai – nilai
pancasila.
Misalkan:
Untuk pembelajaran mengenai sila ke-1 (ketuhanan yang
maha esa). Setiap individu sebaiknya diajak mengunjungi tiap – tiap tempat
ibadah semua agama di Indonesia, sehingga akan memunculkan rasa toleransi dari setiap
individu tersebut. Tentu dalam hal ini mereka akan melihat sendiri aktifitas
dari semua macam agama di Indonesia.
Realita
pendidikan moral saat ini.
Berbagai macam nilai – nilai memang sangat penting
disampaikan pada semua manusia, khusunya para generasi penerus bangsa. Tetapi
apakah semua nilai tersebut sudah tersampaikan secara maksimal? Ini menjadi PR
tersendri bagi pemerintah. Realita saat ini, pendidikan di Indonesia masih
belum mampu memberikan rasa penghayatan terhadap nilai – nilai yang ada,
terutama nilai yang terkandung dalam pancasila. Untuk menjadikan manusia yang
kompetitif dan berkarakter seharusnya melalui bagan sebagai berikut.

Manusia berkarakter
![]() |
Untuk memperoleh manusia sebagai berikut, perlu halnya
revolusi pembelajaran yang mutakhir. Tidak hanya melalui peyampaian materi –
materi, pemberian contoh permasalahan. Tatapi seharusnya pelajar langsung
diajak terjun ke lapangan untuk melihat berbagai permasalahan yang ada,
selanjutnya menanamkan rasa ingin perubahan. Karena bangsa ini sudah sangat
lelah dengan kebobrokan karakternya. Dengan demikian mereka bisa langsung belajar
nilai dan langsung bisa mengimplementasikannya. Setelah terbiasa dengan hal
tersebut, kelamaan akan menjadi kebiasaan sehingga bisa menjadi manusia dengan
karakter – karakter pancasilais.
No comments:
Post a Comment